new normal, they said.

Sudah satu tahun semenjak pandemi berlalu, orang-orang bilang ini adalah "new normal". Namun, bukankan semua di luar normal adalah hal yang tidak normal? jadi, "new normal" tetaplah hal yang abnormal.

sudah lama aku tidak menatap langsung teman-teman kuliahku. Bahkan, kita tidak secara fisik kenal. Kita hanya kenal melalui perantara internet. Lalu, apakah ini nyata?

Tadi, aku bertemu dengan kenalanku di kampus. Ya, untuk mengambil jaket almameter. Rasanya sangat canggung. Sudah lama aku tidak berinteraksi langsung dengan orang lain selain keluargaku dalam waktu satu tahun ke belakang. Canggung. Sangat canggung.

Aku tidak bisa lama-lama. Jadi, ya, aku pulang dengan segera. Yah, tidak bisa ditampik juga aku merasa canggung, lonely, dan kikuk. Aku ingin mengobrol banyak, tetapi aku dalam mood yang tidak baik. Tunggu, kalimatku sebelumnya bukannya malah seakan-akan aku merasionalisasi tingkah lakuku yang memang penyendiri? ataukah aku memang tidak mau berteman? tidak juga, aku hanya malu, malu membuka percakapan, takut aku diabaikan atau mungkin aku salah bicara?

Entahlah. Aku ingin bisa beradaptasi di luar zona nyamanku, tetapi dari mana tenaga itu? mungkinkah aku yang terlalu sensitif? 

Aku kadang menyalahkan keadaan sekarang ini. Keadaan yang tidak normal. Semua karena kata dengan awalan C ini membuat kita semakin mejauh, semakin sendiri, semakin kita terjebak dalam pikiran kita sendiri. Tunggu, apakah "kita" ini "aku" saja?

Aku kadang sangat lelah dengan eksistensi diriku ini. Kapan aku pergi dari dunia ini? Kenapa Tuhan tidak segera mencabut nyawaku saja? aku sudah lelah. Hidup ini sangat melelahkan. Hidup sendiri itu sangat membebankan.

Sering aku merasakan hal itu. Sangat sering. Namun, aku selalu melawannya dengan "Tuhan pasti memiliki alasan kenapa kamu tetap dibiarkan hidup". Kalimat ini membuatku sedikit tenang, dengan cara merelakan semua hal yang terjadi dan berfokus pada suatu hal yang tidak pasti.

Comments